Sabtu, 03 Februari 2018

MAKALAH HADIS: HADITS TENTANG BELAJAR MENGAJAR DAN KEUTAMAANNYA



BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup, baik di dunia dan akhirat. Sehubungan dengan itu, Allah mengajarkan kepada Adam dan semua keturunannnya. Dengan ilmu pengetahuan itu, manusia dapat melaksanakan tugasnya dalam kehidupan ini, baik tugas khilafah maupun tugas ubudiah. Oleh karena itu, Rasullulah menyuruh, menganjurkan, dan memotivasi umatnya agar menuntut ilmu pengetahuan. Tanpa ilmu pengetahuan, seorang mukmin tidak dapat melaksanakan aktivitasnya dengan baik menurut ukuran ajaran islam. Apabila ada orang yang mengaku beriman tetapi tidak mau mencari ilmu, maka ia dipandang telah melakukan suatu pelanggaran, yaitu tidak mengindahkan perintah Allah dan Rasul-Nya. Akibanya, tentu mendapatkan kemurkaan-Nya dan akhirnya akan masuk kedalam neraka. Karena begitu pentingnya ilmu pengetahuan itu, Rasulullah mewajibkan umatnya untuk belajar.[1]


B.                 Rumusan Masalah
1.      Apa saja hadis tentang belajar mengajar?
2.      Bagaimana hadis tentang diwajibkannya belajar?
3.      Bagaimana hadis mengenai belajar memudahkan jalan ke surga?
4.      Bagaimana hadis mengenai selama belajar mengajar di jalan Allah?
5.      Bagaimana hadis tentang perolehan pahala bagi yang belajar mengajar?

C.                Tujuan Masalah
1.      Menjelaskan apa saja hadis tentang belajar mengajar.
2.      Menjelaskan apa saja hadis tentang diwajibkannya belajar.
3.      Menjelaskan apa saja hadis mengenai belajar memudahkan jalan ke surga.
4.      Menjelaskan apa saja hadis mengenai selama belajar mengajar di jalan Allah.
5.      Menjelaskan apa saja hadis tentang perolehan pahala bagi yang belajar mengajar.


BAB II
PEMBAHASAN

A.           Hadits Tentang Belajar Mengajar
Belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik tersebut  merupakan syarat utama dalam berlangsungnya proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar memiliki makna dan pengertian yang lebih luas dibandingkan dengan pengertian mengajar semata. Di dalam proses belajar mengajar tersirat adanya suatu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa (peserta didik) yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalinlah suatu interaksi yang saling menunjang.
Di dalam QS. At-Taubah Ayat 122, dijelaskan betapa pentingnya belajar (menuntut ilmu) dan mengajar (mengamalkannya). Allah SWT berfirman:
 وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Artinya : Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. (QS. At-Taubah: 122)
Status kewajiban juga dapat dirujuk berdasarkan QS. Ali Imron Ayat 104, adapun dari hadis khotbah nabi pada haji wada’ juga dapat dijadikan sebuah dalil yang menunjukkan status fardlu ‘ain. Sabda Nabi SAW “...hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir”. Juga dalam hadis lain Rasulullah menyuruh kepada kaum yang beriman agar menyampaikan ajaran beliau (islam) kepada orang lain walaupun itu hanya satu ayat saja yang ia bisa. Sabda Nabi “....bhalighu ‘anni walau ayatan… (…sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat…)”.  
 Nabi Muhammad s.a.w. juga pernah bersabda:
مَنْ تَعَلَّمَ بَابًا مِنَ الْعِلْمِ لِيُعَلِّمَ النَّاسَ أُعْطِيَ ثَوَابَ سَبْعِيْنَ صِدِّيْقًا
Artinya: “Siapa saja yang mempelajari satu bab dari suatu ilmu untuk kemudian diajarkannya kepada orang lain, maka baginya diberikan pahala sama dengan tujuh puluh orang shiddiq” (H.R. Abu Daud)
Sehubungan dengan keutamaan mengajar, ditemukan hadis antara lain:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اِذَا مَاتَ اْلاِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلَّا مِنْ ثَلَا ثَةٍ مَنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ اَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ
Artinya: “Abu hurairah meriwayatkan bahwa rosulullah bersabda “apabila manusia telah meninggal dunia terputuslah amalannya kecuali tiga hal, yaitu sedekah  jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakan (orang tuanya).”(HR. Muslim, Ahmad, An-nasa’i, At-Tirmidzi, dan Al-Baihaqi)
Dalam hadis diatas terdapat informasi bahwa ada tiga hal yang selalu diberi pahala oleh allah pada seseorang , walaupun orang tersebut sudah meninggal. Tiga hal tersebut adalah: (1) sedekah jariyah (wakaf yang lama kegunaannya), (2) ilmu yang bermanfaat, dan (3) doa yang dimohonkan oleh anak yang shaleh untuk orang tuanya.
Dari ulasan diatas terlihat ada dua bentuk pemanfaatan ilmu, yaitu dalam mengajar dan menulis. Mengajar adalah proses memberikan ilmu pengetahuan kepada orang belum tahu.
Hasilnya, orang yang belajar itu memiliki ilmu pengetahuan dan dapat dimanfaatkan dalam menjalani kehidupan, baik untuk urusan hidup duniawi maupun ukhrawi. Demikian juga halnya dengan menulis. Orang yang berilmu pengetahuan dapat menularkan ilmunya dengan menulis buku. Orang yang membaca karyanya tersebut akan mendapatkan ilmunya walaupun tidak pernah bertemu langsung. Kedua pekerjaan ini hanya dapat dilakukan apabila seseorang mempunyai ilmu pengetahuan dan mau berbuat untuk mencerdaskan orang lain.[2]

B.            Hadits Tentang Wajib Belajar
Lafadz hadits
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ
Artinya : ”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)
Untuk lebih tegas dalam hadis riwayat Husain ibn Ali di atas, Rasulullah saw. menggunakan kata-kata wajib, harus (faridhah). Hal itu menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan itu memang benar-benar suatu halpenting dalam kehidupan manusia terutama orang yang beriman. Tanpa ilmu pengetahuan, seorang mukmin tidak dapat melaksanakan aktivitasnya dengan baik menurut ukuran ajaran Islam. Bila ada orang yang mengaku beriman tetapi tidak mau mencari ilmu, maka ia dipandang telah melakukan suatu pelanggaran, yaitu tidak mengindahkan perintah Allah dan Rasul-Nya. Akibatnya, tentu, mendapatkan kemurkaan Allah dan akhirnya akan masuk ke dalam neraka Allah. Karena begitu pentingnya ilmu pengetahuan itu, Rasulullah SAW. mewajibkan umatnya belajar.
Sedangkan dalam hadits lain juga diterangkan sebagai berikut:
أُطْلُبِ الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى الَّلحْدِ
Artinya : ”Carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat”.
Dalam Islam pendidikan tidak hanya dilaksanakan dalam batasan waktu tertentu saja, melainkan dilakukan sepanjang usia. Belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung sepanjang kehidupan seseorang. Dengan terus menerus belajar, seseorang tidak akan ketinggalan zaman dan dapat memperbaharui pengetahuannya, terutama bagi mereka yang sudah berusia lanjut. Dengan pengetahuan yang selalu diperbaharui ini, mereka tidak akan terasing dari generasi muda, mereka tidak akan menjadi pikun secara dini, dan tetap dapat memberikan sumbangannya bagi kehidupan di lingkungannya.
Hadis tersebut memberikan pemahaman bahwa proses belajar mengajar tidak ada batasan usia, mulai dari lahir manusia sudah  mendapatkan transefaran ilmu dari lingkungan sekitar hingga di akhir hayatnya.
Ilmu pengetahuan itu memudahkan orang menuju surga. Hal itu mudah dipahami karena dengan ilmu, seseorang mengetahui akidah yang benar, cara-cara beribadah dengan benar, dan bentuk-bentuk akhlak yang mulia. Selain itu, orang berilmu mengetahui pula hal-hal yang dapat merusak akidah tauhid, perkara-perkara yang merusak pahala ibadah, dan memahami pula sifat dan akhlak-akhlak jelek yang perlu dihindarinya. Semuanya itu akan membawanya ke surga di akhirat, bahkan kesejahteraan di dunia ini.
Dalam sebuah hadis disebutkan terdapat lima keutamaan orang menuntut ilmu, yaitu:
1.        Mendapat kemudahan untuk menuju surga
2.        Disenangi oleh para malaikat,
3.        Dimohonkan ampun oleh makhluk Allah yang lain
4.        Lebih utama daripada ahli ibadah, dan
5.        Menjadi pewaris Nabi.

مَنْ أَرَادَالدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِا لْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَالْاآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
Artinya :”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Turmudzi).
Hadits tersebut memberikan pembelajaran kepada kita umat Islam agar memiliki ilmu pengetahuan baik ilmu pengatahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum. Ilmu pengetahuan merupakan bekal kita untuk hidup di dunia dan akhirat.

C.        Hadits Tentang Belajar Memudahkan Menuju Surga
Dalam kitab Riyadhus Shalihin Kitabul Ilmi Al Imam An Nawawi menyebutkan hadits nabi shallalahu’alaihi wasallam,
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْ لَ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى اْلجَنَّةِ وَإِنَّ اْلمَلإَكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًالِطَالِبِ اْلعِلْمِ وَإِنَّ طَالِبَ اْلعِلْمِ يَسْتَغْفِرُلَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ حَتَّى اْلحِيْتَانِ فِي اْلمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ اْلعِلْمِ عَلَى اْلعَاِبدِ كَفَضْلِ اْلقَمَرِعَلَى سَاءِرِ اْلكَوَاكِبِ إِنَّ اْلعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ إِنَّ اْلأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرِّثُوْا  اْلعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ   .(رواه احمد و الترمذي وألوداودوابن ماجه) 
Artinya: “Dari Abi Darda dia berkata :”Aku mendengar Rasulullah saw bersabda”: “Barang siapa yangmenempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga, dan sesungguhnya para malaikat  membentangkan sayapnya karena ridla (rela) terhadap orang yang mencari ilmu. Dan sesungguhnya orang yang mencari ilmu akan memintakan bagi mereka siapa-siapa yang ada di langit dan di bumi bahkan ikan-ikan yang ada di air. Dan sesungguhnya  eutamaan orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah seperti keutamaan (cahaya) bulan purnama atas seluruh cahaya bintang. Sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para Nabi, sesugguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, akan  tetapi mereka mewariskan ilmu, maka barang siapa yang mengambil bagian untuk mencari ilmu, maka dia sudah mengambil bagian yang besar.” (H.R. Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majjah).[3]

Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan ilmu dan pengaruh serta dampaknya yang baik. Adapun kandungan dari hadis tersebut berdasarkan kalimat “Menempuh Jalan” disini mencakup:
1.     Jalan secara indrawi, yaitu jalan yang dilalui kedua kaki, seperti sesorang pergi dari rumahnya menuju tempat untuk menimba ilmu baik berupa masjid, madrasah, ataupun universitas dan lain sebagainya.Dan termasuk hal ini adalah rihlah (mengadakan perjalanan) dalam rangka mencari ilmu yaitu seseorang yang rihlah dari negerinya ke negeri lain untuk mencari ilmu, maka hal ini adalah termasuk menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu.[4]
2.     Jalan yang bersifat maknawi, yaitu mencari ilmu dari pendapat dan perkataan para ulama’ dan kitab-kitab. Maka orang yang menelaah kitab-kitab untuk mengetahui dan mendapatkan hukum permasalahan syari’at walaupun dia duduk diatas kursinya maka ia telah menempuh satu jalan mendapatkan ilmu. Barang siapa duduk dihadapan seorang syaikh (ahlul ilmi) dia belajar darinya, maka ia telah menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu walaupun ia duduk.Barangsiapa menempuh jalan tersebut maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga, karena dengan ilmu syar’i engkau akan mengerti hukum-hukum Allah Subhanahu wa ta’ala. Engkau mengetahui syari’at Allah, apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang-Nya, sehingga engkau ditunjuki ke jalan yang Allah Azza wa Jalla ridhoi dan menghantarkan engkau ke jannah. Manakala bertambah semangat dalam menempuh jalan yang mengantarkan kepada ilmu maka bertambah pula kemudahan jalan yang mengantarkanmu ke surga.
Dalam hadits ini terdapat dorongan semangat untuk “tholabul ilmi” (mencari ilmu) tanpa diragukan oleh seorangpun. Maka sudah sepantasnya bagi manusia untuk segera mempergunakan kesempatan. Terlebih bagi pemuda yang dia lebih mampu menghafal dengan cepat, lebih kuat melekat pada pikirannya, maka sudah sepantasnya untuk bersegera menggunakan waktu dan umurnya sebelum datang masa-masa yang menyibukkan dirinya.[5]
Yang dimaksud dengan dimudahkan Allah baginya jalan menuju surga adalah ilmunya itu akan memberikan kemudahan kepadanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menyebabkannya masuk surga. Karena ilmunya, seseorang itu mengetahui kewajiban yang harus dikerjakannya dan larangan-larangan yang harus dijauhinya. Ia memahami hal-hal yang dapat merusak akidah dan ibadahnya. Ilmu yang dimilikinya membuat ia dapat membedakan yang halal dari yang haram. Dengan demikian,  orang yang memiliki ilmu pengetahuan itu tidak merasa kesulitan untuk mengerjakan hal-hal yang dapat membawanya ke dalam surga.
Malaikat menghamparkan sayapnya karena senang kepada orang yang mencari ilmu. Malaikat telah mengetahui bahwa Allah sangat mengutamakan ilmu. Hal itu terbukti ketika mereka disuruh hormat kepada Adam setelah Adam menunjukkan kelebihan ilmunya kepada malaikat. Oleh sebab itu,  para malaikat merasa senang kepada orang-orang yang berilmu karena mereka dimuliakan oleh Allah.
Orang yang menuntut ilmu dimintakan ampun oleh makhluk-makhluk Allah yang lain. Ini merupakan ungkapan yang menunjukkan kesenangan Rasulullah SAW kepada para pencari ilmu. Ilmu itu sangat bermanfaat bagi alam semesta, baik manusia maupun bukan manusia. Dengan ilmu pengetahuan yang disertai iman, alam ini akan selalu terjaga dengan indah. Penjagaan dan pengelolaan alam ini dapat dilakukan dengan ilmu pengetahuan. Jadi, orang yang memiliki ilmu dan menggunakannya untuk kebaikan alam semesta merupakan orang mulia yang pantas didoakan oleh penghuni alam ini.
Orang berilmu pengetahuan lebih utama daripada ahli ibadah. Keutamaannya diumpamakan oleh Rasulullah SAW bagaikan kelebihan bulan pada malam purnama dari bintang. Keutamaan bulan malam purnama yaitu bercahaya yang membuat dirinya terang dan dapat pula menerangi yang lain. Sedangkan bintang kurang cahayanya dan itu hanya untuk dirinya sendiri. Sifat seperti itu terdapat pula pada orang yang berilmu pengetahuan dan ahli ibadah. Orang yang berilmu pengetahuan dapat menerangi dirinya sendiri dengan petunjuk dan dapat pula menerangi orang lain dengan pengajarannya. Dengan kata lain, orang 'alim itu memberikan manfaat untuk dirinya dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain.
Orang yang berilmu dikatakan sebagai pewaris Nabi. Ini merupakan penghormatan yang sangat tinggi. Warisan Nabi itu bukan harta dan fasilitas duniawi, melainkan ilmu. Mencari ilmu berarti berusaha untuk mendapatkan warisan beliau. Berbeda dari warisan harta, untuk mendapatkan warisan Nabi tidak dibatasi pada orang-orang tertentu. Siapa saja yang berminat dapat mewarisinya. Bahkan, Rasulullah SAW. menganjurkan agar umatnya mewarisi ilmu itu sebanyak-banyaknya, karena mengajar merupakan proses memberikan ilmu pengetahuan kepada orang yang belum tahu. Hasilnya, orang yang belajar itu memiliki ilmu pengetahuan dan dapat dimanfaatkannya dalam menjalani kehidupannya, baik untuk urusan hidup duniawi maupun untuk urusan ukhrawi.

D.        Hadits Tentang Selama Belajar Dijalan Allah
مَنْ خَرَجَ فِى طَلَبُ الْعِلْمِ فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ
Artinya : ”Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang”. (HR. Turmudzi)
Menuntut Ilmu atau belajar dijalan Allah adalah Wasiat Dari Rasulullah SAW.
عن أبي سعيد الخدري , عن رسول الله صلّى الله عليه وسلّم قال : “سيأتيكم أقوم يطلبون العلم , فإذا رأيتموهم , فقولوا لهم : ” مرحبا , مرحبا يوصيّة رسول الله صلّى الله عليه وسلّم .” واقنوهمز
Artinya: “Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu’anhu, dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Akan datang sekelompok kaum yang akan mencari ilmu. Apabila kalian melihat mereka, maka sambutlah mereka dengan ucapan. “Selamat datang, selamat datang dengan wasiat Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam.” Dan ajarilah mereka.” [Hasan : Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah rahimahullah dalam sunan nya, hadits no 247. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Sunan Ibnu Majah no 203 dan Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahih no 280]
Perlu diketahui bahwa menunut ilmu adalah bagian dari jihad. Menuntut ilmu dan mempelajari Islam dihukumi wajib. Jika ada perintah untuk berjihad di jalan Allah dan jihad tersebut merupakan semulia-mulianya amalan, namun tetap menuntut ilmu harus ada. Bahkan menuntut ilmu lebih didahulukan daripada jihad. Karena menuntut ilmu itu wajib. Sedangkan jihad bisa jadi dianjurkan, bisa pula fardhu kifayah. Artinya jika sebagian sudah melaksanakannya, maka yang lain gugur kewajibannya. Akan tetapi menuntut ilmu adalah suatu keharusan. Jika Allah mudahkan bagi dia untuk berjihad, maka tidaklah masalah. Boleh ia ikut serta asal dengan izin kedua orang tuanya. Adapun jihad yang wajib saat kaum muslimin diserang oleh musuh, maka wajib setiap muslim di negeri tersebut untuk berjihad. Mereka hendaknya menghalangi serangan musuh tersebut. Termasuk pula kaum wanita hendaklah menghalanginya sesuai kemampuan mereka. Adapun jihad untuk menyerang musuh di negeri mereka, jihad seperti ini dihukumi fardhu kifayah bagi setiap pria.”[6]
  
E.              Hadits Tentang Pahala Bagi Yang Belajar Mengajar
Lafadz hadits
            مُعَلِّمُ النَّاسِ الْخَيْرَيَسْتَغْفِرُلَهُ كُلُّ شَىْءٍحَتَّى الْحُوْتِ
Artinya: Orang yang mengajar kebaikan kepada manusia, segala sesuatu(ikan di laut) memohonkan ampunan untuknya. (H.R. Ibnu Abbas)
Kewajiban belajar mengajar merupakan suatu tuntutan bagi manusia yang menginginkan suatu kehidupan yang layak sebagai implementasinya dalam memakmurkan dunia. Manusia yang sudah dibaiat oleh Tuhan sebagai khalifah agar senantiasa menjadi pemimpin dan bisa menjadi kemaslahatan bagi dirinya, orang lain dan alam sekitar. Dalam realitasnya, konsep belajar mengajar memang banyak mengambil dari konsep Barat. Dan tidak ada salahnya selama konsep tersebut baik dan bisa mengangkat harkat dan martabat manusia. Namun, alangkah lebih bijak ketika kita juga tahu bagaimana pandangan hadits tentang hal tersebut. Dan banyak teks-teks dalam hadits yang bisa kita jadikan landasan dalam praktek mengajar.
“Barang siapa pergi ke masjid (sekolah) hanya untuk belajar tentang kebaikan atau mengajarkannya, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang berhaji secara sempurna”(HR. Thabrani).
Agama selalu mendorong umatnya yang beriman untuk terus belajar,  “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al-Mujaadilah: 11).
 Mengajar lebih baik dari sholat sunah 1000 rakaat.  “Pergi mengajarkan satu bab ilmu pengetahuan baik dilaksanakan atau tidak, itu lebih baik dari pada shalat sunah seribu raka’at. dan kamu pergi mengajarkan ayat dari Kitabullah lebih baik bagimu dari pada shalat sunah seratus rakaat” (HR. Ibnu Majah).
Pahala mengajar sama dengan berjihad. “Barang siapa yang datang ke masjidku ini (tempat belajar) dengan berniat hanya untuk belajar atau mengajarkan kebaikan, maka kedudukannya sama dengan orang yang berjihad di jalan Allah. Dan siapa datang untuk tujuan yang lain, maka ia seperti orang yang mendatangi barang orang lain” (HR. Ibnu Majah)
Pahala mengajar sama dengan berhaji. “Barang siapa pergi ke masjid (sekolah) hanya untuk belajar tentang kebaikan atau mengajarkannya, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang berhaji secara sempurna”. (HR. Thabrani).
Mengajar adalah sedekah. “Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah. Sesungguh nya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya, dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat”. (HR. Ar-Rabi’).
Pahala amalnya tidak akan putus walau kita sudah tiada. “Jika manusia telah mati maka putuslah amalnya (kebaikannya) kecuali amalyang tiga macam ; 1. Sedekah jariah (yang tahan lama). 2. Ilmu yang membawa manfaat. 3. Anak saleh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya” (HR Muslim)[7]

BAB III
PENUTUP
A.                Kesimpulan
Ilmu berfungsi sebagai cahaya yang menerangi setiap orang. Dengan ilmu, jalan hidup ini akan menjadi terang. Sebaliknya tanpa ilmu, orang akan merasa hidup ini dalam keadaan gelap gulita. Oleh karena itu, orang dapat saja tersesat apabila tidak memiliki ilmu pengetahuan yang memadai.
Ilmu lebih baik dari pada harta. Ilmu dapat menjagamu sedangkan harta, engkaulah yang menjaganya.ilmu berkuasa sedangkan harta dikuasai. Harta akan berkurang jika dibelanjakan tetapi ilmu akan bertambah jika kita menyiarkannya.orang berilmu lebih utama dari pada orang yang hanya berpuasa shalat, dan berjihad.
B.                Saran
Dengan pembuatan makalah ini kami berharap dapat memberikan tambahan wawasan pengetahuan kita semua dan mampu untuk memotivasi kita agar tetap selalu belajar dan terus belajar serta nantinya kita juga kan menjadi orang yang bersedia mengajarkan apa yang sudah kita ketahui kepada orang lain.


[1] Bukhari umar, hadis tarbawi (pendidikan dalam  perspektif  hadis), cet.1 jakarta:Amzah, 2012 h.5
[2] Bukhari umar,hadis tarbawi (pendidikan dalam  perspektif  hadis), cet.1 jakarta:Amzah, 2012 h.20-21
[3] Kitab Riyadhus Shalihin Kitabul Ilmi Al Imam An Nawawi.
[4] Imam Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad No. 746.
[5] Dinukil dari kitab Syarah Riyadhus Shalihin, Bagian Kitabul Ilmi Hadits ke 1389, karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, cetakan Darul Atsar (3/424-426), diterjemahkan oleh Al Ustadz Muhammad Rifa’i
[6] Bukhari umar,hadis tarbawi (pendidikan dalam  perspektif  hadis), cet.1 jakarta:Amzah, 2012 h.24-25


EmoticonEmoticon