BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Ilmu
pengetahuan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup,
baik di dunia dan akhirat. Sehubungan dengan itu, Allah mengajarkan kepada Adam dan semua keturunannnya. Dengan ilmu pengetahuan itu, manusia dapat
melaksanakan tugasnya dalam kehidupan ini, baik tugas khilafah maupun tugas ubudiah.
Oleh karena itu, Rasullulah menyuruh, menganjurkan, dan memotivasi umatnya agar
menuntut ilmu pengetahuan. Tanpa ilmu pengetahuan, seorang mukmin tidak dapat
melaksanakan aktivitasnya dengan baik menurut ukuran ajaran islam. Apabila ada
orang yang mengaku beriman tetapi tidak mau mencari ilmu, maka ia dipandang
telah melakukan suatu pelanggaran, yaitu tidak
mengindahkan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Akibanya, tentu mendapatkan kemurkaan-Nya dan
akhirnya akan masuk kedalam neraka. Karena begitu pentingnya ilmu pengetahuan
itu, Rasulullah mewajibkan umatnya untuk belajar.[1]
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa saja
hadis tentang belajar mengajar?
2.
Bagaimana
hadis tentang diwajibkannya belajar?
3.
Bagaimana
hadis mengenai belajar memudahkan jalan ke surga?
4.
Bagaimana
hadis mengenai selama belajar mengajar di jalan Allah?
5.
Bagaimana
hadis tentang perolehan pahala bagi yang belajar mengajar?
C.
Tujuan Masalah
1.
Menjelaskan apa
saja hadis tentang belajar mengajar.
2.
Menjelaskan apa
saja hadis tentang diwajibkannya belajar.
3.
Menjelaskan apa
saja hadis mengenai belajar memudahkan jalan ke surga.
4.
Menjelaskan apa
saja hadis mengenai selama belajar mengajar di jalan Allah.
5.
Menjelaskan apa
saja hadis tentang perolehan pahala bagi yang belajar mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hadits Tentang Belajar Mengajar
Belajar mengajar
merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik tersebut merupakan syarat utama dalam
berlangsungnya proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar memiliki makna
dan pengertian yang lebih luas dibandingkan
dengan pengertian mengajar semata. Di dalam
proses belajar mengajar tersirat adanya suatu kesatuan kegiatan yang tak
terpisahkan antara siswa
(peserta didik) yang belajar dan guru yang
mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalinlah suatu interaksi yang saling
menunjang.
Di dalam QS. At-Taubah Ayat 122, dijelaskan betapa
pentingnya belajar (menuntut ilmu) dan mengajar (mengamalkannya). Allah SWT berfirman:
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلا نَفَرَ
مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ
وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Artinya : “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi
semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. (QS. At-Taubah: 122)
Status kewajiban juga dapat dirujuk berdasarkan QS. Ali Imron Ayat 104, adapun dari hadis
khotbah nabi pada haji wada’ juga dapat dijadikan sebuah dalil yang menunjukkan
status fardlu ‘ain. Sabda Nabi SAW “...hendaklah yang hadir
menyampaikan kepada yang tidak hadir”. Juga dalam
hadis lain Rasulullah menyuruh kepada kaum yang beriman agar menyampaikan ajaran beliau
(islam) kepada orang lain walaupun itu hanya satu ayat saja yang ia bisa. Sabda
Nabi “....bhalighu ‘anni walau ayatan… (…sampaikanlah dariku walau
hanya satu ayat…)”.
Nabi Muhammad s.a.w. juga pernah bersabda:
مَنْ
تَعَلَّمَ بَابًا مِنَ الْعِلْمِ لِيُعَلِّمَ النَّاسَ أُعْطِيَ ثَوَابَ سَبْعِيْنَ
صِدِّيْقًا
Artinya: “Siapa saja yang
mempelajari satu bab dari suatu ilmu untuk kemudian diajarkannya kepada orang
lain, maka baginya diberikan pahala sama dengan tujuh puluh orang shiddiq” (H.R. Abu Daud)
Sehubungan dengan keutamaan
mengajar, ditemukan hadis antara lain:
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اِذَا مَاتَ
اْلاِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلَّا مِنْ ثَلَا ثَةٍ مَنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ
اَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ اَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ
Artinya: “Abu hurairah meriwayatkan bahwa
rosulullah bersabda “apabila manusia telah meninggal dunia terputuslah
amalannya kecuali tiga hal, yaitu sedekah
jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakan (orang tuanya).”(HR. Muslim,
Ahmad, An-nasa’i, At-Tirmidzi, dan Al-Baihaqi)
Dalam hadis diatas terdapat
informasi bahwa ada tiga hal yang selalu diberi pahala oleh allah pada
seseorang , walaupun orang tersebut sudah meninggal. Tiga hal tersebut adalah:
(1) sedekah jariyah (wakaf yang lama kegunaannya), (2) ilmu yang bermanfaat,
dan (3) doa yang dimohonkan oleh anak yang shaleh untuk orang tuanya.
Dari ulasan diatas terlihat ada dua
bentuk pemanfaatan ilmu, yaitu dalam mengajar dan menulis. Mengajar adalah
proses memberikan ilmu pengetahuan kepada orang belum tahu.
Hasilnya, orang yang belajar itu
memiliki ilmu pengetahuan dan dapat dimanfaatkan dalam menjalani kehidupan,
baik untuk urusan hidup duniawi maupun ukhrawi. Demikian juga halnya dengan
menulis. Orang yang berilmu pengetahuan dapat menularkan ilmunya dengan menulis
buku. Orang yang membaca karyanya tersebut akan mendapatkan ilmunya walaupun
tidak pernah bertemu langsung. Kedua pekerjaan ini hanya dapat dilakukan
apabila seseorang mempunyai ilmu pengetahuan dan mau berbuat untuk mencerdaskan
orang lain.[2]
B.
Hadits Tentang Wajib Belajar
Lafadz hadits
طَلَبُ
الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ
Artinya : ”Mencari ilmu itu adalah
wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil
Barr)
Untuk lebih tegas dalam hadis
riwayat Husain ibn Ali di atas, Rasulullah saw. menggunakan kata-kata wajib,
harus (faridhah). Hal itu menunjukkan bahwa
ilmu pengetahuan itu memang benar-benar suatu halpenting dalam kehidupan
manusia terutama orang yang beriman. Tanpa ilmu pengetahuan, seorang mukmin
tidak dapat melaksanakan aktivitasnya dengan baik menurut ukuran ajaran Islam.
Bila ada orang yang mengaku beriman tetapi tidak mau mencari ilmu, maka ia
dipandang telah melakukan suatu pelanggaran, yaitu tidak mengindahkan perintah
Allah dan Rasul-Nya. Akibatnya, tentu, mendapatkan kemurkaan Allah dan akhirnya
akan masuk ke dalam neraka Allah. Karena begitu pentingnya ilmu pengetahuan
itu, Rasulullah SAW. mewajibkan umatnya belajar.
Sedangkan dalam hadits lain juga
diterangkan sebagai berikut:
أُطْلُبِ
الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى الَّلحْدِ
Artinya : ”Carilah ilmu sejak
dari buaian hingga ke liang lahat”.
Dalam Islam pendidikan tidak hanya dilaksanakan
dalam batasan waktu tertentu saja, melainkan dilakukan sepanjang usia. Belajar
dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung sepanjang kehidupan
seseorang. Dengan terus menerus belajar, seseorang tidak akan ketinggalan zaman
dan dapat memperbaharui pengetahuannya, terutama bagi mereka yang sudah berusia
lanjut. Dengan pengetahuan yang selalu diperbaharui ini, mereka tidak akan
terasing dari generasi muda, mereka tidak akan menjadi pikun secara dini, dan
tetap dapat memberikan sumbangannya bagi kehidupan di lingkungannya.
Hadis tersebut memberikan pemahaman
bahwa proses belajar mengajar tidak ada batasan usia, mulai dari lahir manusia
sudah mendapatkan transefaran ilmu dari
lingkungan sekitar hingga di akhir hayatnya.
Ilmu pengetahuan itu memudahkan
orang menuju surga. Hal itu mudah dipahami karena dengan ilmu, seseorang
mengetahui akidah yang benar, cara-cara beribadah dengan benar, dan
bentuk-bentuk akhlak yang mulia. Selain itu, orang berilmu mengetahui pula
hal-hal yang dapat merusak akidah tauhid, perkara-perkara yang merusak pahala ibadah,
dan memahami pula sifat dan akhlak-akhlak jelek yang perlu dihindarinya.
Semuanya itu akan membawanya ke surga di akhirat, bahkan kesejahteraan di dunia
ini.
Dalam sebuah hadis disebutkan
terdapat lima keutamaan orang menuntut ilmu, yaitu:
1.
Mendapat kemudahan
untuk menuju surga
2.
Disenangi oleh
para malaikat,
3.
Dimohonkan ampun
oleh makhluk Allah yang lain
4.
Lebih utama
daripada ahli ibadah, dan
5.
Menjadi pewaris
Nabi.
مَنْ أَرَادَالدُّنْيَا
فَعَلَيْهِ بِا لْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَالْاآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ،
وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
Artinya :”Barang siapa yang
menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa
yang menghendaki kehidupan Akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan
barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR.
Turmudzi).
Hadits tersebut memberikan
pembelajaran kepada kita umat Islam agar memiliki ilmu pengetahuan baik ilmu
pengatahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum. Ilmu pengetahuan merupakan
bekal kita untuk hidup di dunia dan akhirat.
C. Hadits Tentang Belajar Memudahkan Menuju Surga
Dalam
kitab Riyadhus Shalihin Kitabul Ilmi Al Imam An Nawawi menyebutkan hadits nabi
shallalahu’alaihi wasallam,
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْ لَ
اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا
يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى
اْلجَنَّةِ وَإِنَّ اْلمَلإَكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًالِطَالِبِ اْلعِلْمِ
وَإِنَّ طَالِبَ اْلعِلْمِ يَسْتَغْفِرُلَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ
حَتَّى اْلحِيْتَانِ فِي اْلمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ اْلعِلْمِ عَلَى اْلعَاِبدِ
كَفَضْلِ اْلقَمَرِعَلَى سَاءِرِ اْلكَوَاكِبِ إِنَّ اْلعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ
اْلأَنْبِيَاءِ إِنَّ اْلأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَمًا
إِنَّمَا وَرِّثُوْا اْلعِلْمَ فَمَنْ
أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ .(رواه احمد و
الترمذي وألوداودوابن ماجه)
Artinya: “Dari Abi
Darda dia berkata :”Aku mendengar Rasulullah saw bersabda”: “Barang siapa
yangmenempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan memudahkan
baginya jalan menuju surga, dan sesungguhnya para malaikat membentangkan sayapnya karena ridla (rela)
terhadap orang yang mencari ilmu. Dan sesungguhnya orang yang mencari ilmu akan
memintakan bagi mereka siapa-siapa yang ada di langit dan di bumi bahkan
ikan-ikan yang ada di air. Dan sesungguhnya
eutamaan orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah seperti
keutamaan (cahaya) bulan purnama atas seluruh cahaya bintang. Sesungguhnya para
ulama itu adalah pewaris para Nabi, sesugguhnya para Nabi tidak mewariskan
dinar dan dirham, akan tetapi mereka mewariskan
ilmu, maka barang siapa yang mengambil bagian untuk mencari ilmu, maka dia
sudah mengambil bagian yang besar.” (H.R. Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majjah).[3]
Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan
ilmu dan pengaruh serta dampaknya yang baik.
Adapun kandungan dari hadis tersebut berdasarkan kalimat “Menempuh Jalan” disini mencakup:
1. Jalan secara indrawi, yaitu jalan yang
dilalui kedua kaki, seperti sesorang pergi dari rumahnya menuju tempat untuk
menimba ilmu baik berupa masjid, madrasah, ataupun universitas dan lain sebagainya.Dan
termasuk hal ini adalah rihlah (mengadakan perjalanan) dalam rangka mencari
ilmu yaitu seseorang yang rihlah dari negerinya ke negeri lain untuk mencari
ilmu, maka hal ini adalah termasuk menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu.[4]
2. Jalan yang bersifat
maknawi, yaitu mencari ilmu dari pendapat dan perkataan para ulama’ dan
kitab-kitab. Maka orang yang menelaah kitab-kitab untuk mengetahui dan
mendapatkan hukum permasalahan syari’at walaupun dia duduk diatas kursinya maka
ia telah menempuh satu jalan mendapatkan ilmu. Barang siapa duduk dihadapan
seorang syaikh (ahlul ilmi) dia belajar darinya, maka ia telah menempuh jalan
untuk mendapatkan ilmu walaupun ia duduk.Barangsiapa menempuh jalan tersebut
maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga, karena dengan ilmu
syar’i engkau akan mengerti hukum-hukum Allah Subhanahu wa ta’ala. Engkau
mengetahui syari’at Allah, apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang-Nya,
sehingga engkau ditunjuki ke jalan yang Allah Azza wa Jalla ridhoi dan
menghantarkan engkau ke jannah. Manakala bertambah semangat dalam menempuh
jalan yang mengantarkan kepada ilmu maka bertambah pula kemudahan jalan yang
mengantarkanmu ke surga.
Dalam hadits ini terdapat dorongan semangat
untuk “tholabul ilmi” (mencari ilmu) tanpa diragukan oleh seorangpun.
Maka sudah sepantasnya bagi manusia untuk segera mempergunakan kesempatan.
Terlebih bagi pemuda yang dia lebih mampu menghafal dengan cepat, lebih kuat
melekat pada pikirannya, maka sudah sepantasnya untuk bersegera menggunakan waktu
dan umurnya sebelum datang masa-masa yang menyibukkan dirinya.[5]
Yang dimaksud dengan dimudahkan
Allah baginya jalan menuju surga adalah ilmunya itu akan memberikan kemudahan
kepadanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menyebabkannya masuk
surga. Karena ilmunya, seseorang itu mengetahui kewajiban yang harus
dikerjakannya dan larangan-larangan yang harus dijauhinya. Ia memahami hal-hal
yang dapat merusak akidah dan ibadahnya. Ilmu yang dimilikinya membuat ia dapat
membedakan yang halal dari yang haram. Dengan demikian, orang yang
memiliki ilmu pengetahuan itu tidak merasa kesulitan untuk mengerjakan hal-hal
yang dapat membawanya ke dalam surga.
Malaikat menghamparkan sayapnya
karena senang kepada orang yang mencari ilmu. Malaikat telah mengetahui bahwa
Allah sangat mengutamakan ilmu. Hal itu terbukti ketika mereka disuruh hormat
kepada Adam setelah Adam menunjukkan kelebihan ilmunya kepada malaikat. Oleh
sebab itu, para malaikat merasa senang kepada orang-orang yang berilmu
karena mereka dimuliakan oleh Allah.
Orang yang menuntut ilmu dimintakan
ampun oleh makhluk-makhluk Allah yang lain. Ini merupakan ungkapan yang
menunjukkan kesenangan Rasulullah SAW kepada para pencari ilmu. Ilmu itu sangat
bermanfaat bagi alam semesta, baik manusia maupun bukan manusia. Dengan ilmu
pengetahuan yang disertai iman, alam ini akan selalu terjaga dengan indah.
Penjagaan dan pengelolaan alam ini dapat dilakukan dengan ilmu pengetahuan.
Jadi, orang yang memiliki ilmu dan menggunakannya untuk kebaikan alam semesta
merupakan orang mulia yang pantas didoakan oleh penghuni alam ini.
Orang berilmu pengetahuan lebih
utama daripada ahli ibadah. Keutamaannya diumpamakan oleh Rasulullah SAW
bagaikan kelebihan bulan pada malam purnama dari bintang. Keutamaan bulan malam
purnama yaitu bercahaya yang membuat dirinya terang dan dapat pula menerangi
yang lain. Sedangkan bintang kurang cahayanya dan itu hanya untuk dirinya
sendiri. Sifat seperti itu terdapat pula pada orang yang berilmu pengetahuan
dan ahli ibadah. Orang yang berilmu pengetahuan dapat menerangi dirinya sendiri
dengan petunjuk dan dapat pula menerangi orang lain dengan pengajarannya.
Dengan kata lain, orang 'alim itu memberikan manfaat untuk dirinya dan
dapat pula bermanfaat bagi orang lain.
Orang yang berilmu dikatakan sebagai
pewaris Nabi. Ini merupakan penghormatan yang sangat tinggi. Warisan Nabi itu
bukan harta dan fasilitas duniawi, melainkan ilmu. Mencari ilmu berarti
berusaha untuk mendapatkan warisan beliau. Berbeda dari warisan harta, untuk
mendapatkan warisan Nabi tidak dibatasi pada orang-orang tertentu. Siapa saja
yang berminat dapat mewarisinya. Bahkan, Rasulullah SAW. menganjurkan agar
umatnya mewarisi ilmu itu sebanyak-banyaknya, karena mengajar merupakan proses memberikan ilmu pengetahuan kepada orang yang belum tahu.
Hasilnya, orang yang belajar itu memiliki ilmu pengetahuan dan dapat
dimanfaatkannya dalam menjalani kehidupannya, baik untuk urusan hidup duniawi
maupun untuk urusan ukhrawi.
D. Hadits Tentang Selama Belajar Dijalan Allah
مَنْ خَرَجَ
فِى طَلَبُ الْعِلْمِ فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ
Artinya : ”Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan
Allah hingga ia pulang”. (HR. Turmudzi)
Menuntut Ilmu atau belajar dijalan Allah adalah
Wasiat Dari Rasulullah SAW.
عن أبي سعيد الخدري , عن رسول الله صلّى
الله عليه وسلّم قال : “سيأتيكم
أقوم يطلبون العلم , فإذا
رأيتموهم , فقولوا
لهم : ” مرحبا
, مرحبا
يوصيّة رسول الله صلّى الله عليه وسلّم .”
واقنوهمز”
Artinya: “Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu’anhu, dari
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Akan datang
sekelompok kaum yang akan mencari ilmu. Apabila kalian melihat mereka, maka
sambutlah mereka dengan ucapan. “Selamat datang, selamat datang dengan wasiat
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam.” Dan ajarilah mereka.” [Hasan :
Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah rahimahullah dalam sunan nya, hadits no 247.
Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Sunan Ibnu Majah no
203 dan Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahih no 280]
Perlu diketahui bahwa menunut ilmu adalah bagian
dari jihad. Menuntut ilmu dan mempelajari Islam dihukumi wajib. Jika ada
perintah untuk berjihad di jalan Allah dan jihad tersebut merupakan
semulia-mulianya amalan, namun tetap menuntut ilmu harus ada. Bahkan menuntut
ilmu lebih didahulukan daripada jihad. Karena menuntut ilmu itu wajib.
Sedangkan jihad bisa jadi dianjurkan, bisa pula fardhu kifayah. Artinya jika
sebagian sudah melaksanakannya, maka yang lain gugur kewajibannya. Akan tetapi
menuntut ilmu adalah suatu keharusan. Jika Allah mudahkan bagi dia untuk
berjihad, maka tidaklah masalah. Boleh ia ikut serta asal dengan izin kedua
orang tuanya. Adapun jihad yang wajib saat kaum muslimin diserang oleh musuh,
maka wajib setiap muslim di negeri tersebut untuk berjihad. Mereka hendaknya
menghalangi serangan musuh tersebut. Termasuk pula kaum wanita hendaklah
menghalanginya sesuai kemampuan mereka. Adapun jihad untuk menyerang musuh di
negeri mereka, jihad seperti ini dihukumi fardhu kifayah bagi setiap pria.”[6]
E. Hadits Tentang Pahala Bagi Yang Belajar Mengajar
Lafadz
hadits
مُعَلِّمُ النَّاسِ
الْخَيْرَيَسْتَغْفِرُلَهُ كُلُّ شَىْءٍحَتَّى الْحُوْتِ
Artinya: Orang yang mengajar kebaikan kepada manusia,
segala sesuatu(ikan di laut) memohonkan ampunan untuknya. (H.R. Ibnu Abbas)
Kewajiban
belajar mengajar merupakan suatu tuntutan bagi manusia yang menginginkan suatu
kehidupan yang layak sebagai implementasinya dalam memakmurkan dunia. Manusia
yang sudah dibaiat oleh Tuhan sebagai khalifah agar senantiasa menjadi pemimpin
dan bisa menjadi kemaslahatan bagi dirinya, orang lain dan alam sekitar. Dalam
realitasnya, konsep belajar mengajar memang banyak mengambil dari konsep Barat.
Dan tidak ada salahnya selama konsep tersebut baik dan bisa mengangkat harkat
dan martabat manusia. Namun, alangkah lebih bijak ketika kita juga tahu
bagaimana pandangan hadits tentang hal tersebut. Dan banyak teks-teks dalam
hadits yang bisa kita jadikan landasan dalam praktek mengajar.
“Barang siapa pergi ke masjid (sekolah)
hanya untuk belajar tentang kebaikan atau mengajarkannya, maka ia akan
mendapatkan pahala seperti pahala orang berhaji secara sempurna”(HR. Thabrani).
Agama selalu mendorong
umatnya yang beriman untuk terus belajar, “Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(Al-Mujaadilah: 11).
Mengajar lebih baik dari sholat sunah 1000 rakaat. “Pergi mengajarkan satu bab ilmu
pengetahuan baik dilaksanakan atau tidak, itu lebih baik dari pada shalat sunah
seribu raka’at. dan kamu pergi mengajarkan ayat dari Kitabullah lebih baik
bagimu dari pada shalat sunah seratus rakaat” (HR. Ibnu Majah).
Pahala mengajar sama dengan berjihad. “Barang siapa yang datang ke masjidku ini (tempat belajar)
dengan berniat hanya untuk belajar atau mengajarkan kebaikan,
maka kedudukannya sama dengan orang yang berjihad di jalan Allah. Dan siapa
datang untuk tujuan yang lain, maka ia seperti orang yang mendatangi barang
orang lain” (HR. Ibnu Majah)
Pahala mengajar sama dengan berhaji. “Barang siapa pergi ke masjid (sekolah) hanya untuk belajar
tentang kebaikan atau mengajarkannya, maka ia
akan mendapatkan pahala seperti pahala orang berhaji secara sempurna”. (HR.
Thabrani).
Mengajar adalah sedekah. “Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah
pendekatan diri kepada Allah dan mengajarkannya kepada orang yang tidak
mengetahuinya adalah sedekah. Sesungguh nya ilmu pengetahuan menempatkan
orangnya, dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah
keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat”. (HR. Ar-Rabi’).
Pahala amalnya tidak akan putus walau
kita sudah tiada. “Jika manusia telah mati
maka putuslah amalnya (kebaikannya) kecuali amalyang tiga macam ; 1. Sedekah
jariah (yang tahan lama). 2. Ilmu yang membawa manfaat. 3.
Anak saleh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya” (HR Muslim)[7]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ilmu berfungsi sebagai cahaya yang menerangi
setiap orang. Dengan ilmu, jalan hidup ini akan menjadi terang. Sebaliknya
tanpa ilmu, orang akan merasa hidup ini dalam keadaan gelap gulita. Oleh karena
itu, orang dapat saja tersesat apabila tidak memiliki ilmu pengetahuan yang
memadai.
Ilmu lebih baik dari pada harta. Ilmu dapat
menjagamu sedangkan harta, engkaulah yang menjaganya.ilmu berkuasa sedangkan
harta dikuasai. Harta akan berkurang jika dibelanjakan tetapi ilmu akan
bertambah jika kita menyiarkannya.orang berilmu lebih utama dari pada orang
yang hanya berpuasa shalat, dan berjihad.
B.
Saran
Dengan
pembuatan makalah ini kami berharap dapat memberikan tambahan wawasan
pengetahuan kita semua dan mampu untuk memotivasi kita agar tetap selalu
belajar dan terus belajar serta nantinya kita juga kan menjadi orang yang
bersedia mengajarkan apa yang sudah kita ketahui kepada orang lain.
[2] Bukhari
umar,hadis tarbawi (pendidikan dalam perspektif hadis), cet.1 jakarta:Amzah, 2012 h.20-21
[5] Dinukil dari kitab Syarah Riyadhus Shalihin, Bagian
Kitabul Ilmi Hadits ke 1389, karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin,
cetakan Darul Atsar (3/424-426), diterjemahkan oleh Al Ustadz Muhammad Rifa’i
[6] Bukhari
umar,hadis tarbawi (pendidikan
dalam perspektif hadis), cet.1 jakarta:Amzah, 2012 h.24-25
EmoticonEmoticon